my blog

facebook

Senin, 10 Januari 2011

ivan Pavlov & teori kondisioning klasik

   TEORI
KONDISIONING
KLASIK

oTOKOH
oIvan Pavlov
oLahir di Rayzan, Rusia, 1849 dari keluarga pendeta
oPendidikan yang diperoleh dari Seminari Teologi, Universitas Petersburg (fisika & matematika) dan Akademi Medica Chiraginal
oKeahlian di bidang Fisiologi mempengaruhi penelitiannya yang dimulai sejak tahun 1902 dengan subjek penelitian anjing
oDari hasil penelitiannya ini Pavlov mendapatkan Nobel dalam Fisiologi dan Kedokteran
oAsal Mula Penelitian
oMelalui pengamatan tidak sengaja dalam penelitian mengenai proses produksi air liur pada anjing, Pavlov melihat bahwa setiap anjing akan mengeluarkan air liur bila makanan diletakkan dalam mulutnya
oAkan tetapi suatu ketika Pavlov melihat anjing mulai menyalurkan air liur sebelum makanan diletakkan dalam mulutnya
oTerlihat atau terciumnya makanan atau tempat makanan atau orang yang membawa makanan ternyata ‘cukup membuat’ anjing mengeluarkan air liur
oLanjut…
oRespon (air liur) ini bukanlah sesuatu yang sifatnya keturunan (diturunkan), jadi pasti diperoleh dari pengalaman
oFenomena ini disebut sebagai reflek kondisional à karena hal ini tergantung pada kondisi lingkungan
oSehingga dimulailah penelitian Pavlov tentang “mengapa anjing dapat menghasilkan respon mengeluarkan air liur pada hal-hal selain makanan?”
oPeralatan
oAnjing yang telah dioperasi kecil pada pipinya sehingga bagian dari kelenjar ludah dapat dilihat dari kulit luarnya
oKapsul (penadah ludah), di pasang di pipi untuk mengukur aliran air liur
oLaboratorium (ruangan) kedap suara
oTali kekang/ kendali
oBubuk daging/makanan
 
oPersiapan Penelitian
oAnjing yang telah ‘dipasangi peralatan’ di tali kekang di tempat yang telah ditentukan agar dapat berdiri tenang
oBubuk daging diisikan di panci dan di kontrol pengisiannya dengan remote kontrol
oPengeluaran air liur direkam dengan alat secara otomatis
oAnjing diamati dari luar laboratorium (ruangan) dengan one way screen
oIvan Pavlov beserta murid-murid dan anjing percobaannya
oGambar Anjing Penelitian
oIstilah-istilah
1. Stimulus tidak terkondisi à stimulus yang menghasilkan respon reflek tanpa harus melalui pembelajaran
2. Respon tidak terkondisi à respon reflek yang dihasilkan oleh stimulus tanpa harus melalui pembelajaran
3. Stimulus terkondisi à stimulus yang semula netral yang kemudian dapat menghasilkan respon terkondisi setelah diasosiasikan dengan sebuah stimulus tidak terkondisi
4. Respon terkondisi à respon yang dihasilkan oleh stimulus yang terkondisi, terjadi setelah stimulus terkondisi diasosiasikan dengan sebuah stimulus tidak terkondisi
5. Kondisioning klasik à proses dimana stimulus yang semula netral memperoleh kemampuan untuk menghasilkan sebuah respon melalui asosiasi dengan stimulus yang telah menghasilkan respon yang mirip atau berhubungan
oREFLEK BARU
oPada mulanya Pavlov membuat dugaan mengenai apa yang dipikirkan oleh anjing sehingga membuat anjing mengeluarkan air liur sebelum makanan disajikan, namun kemudian Pavlov lebih memusatkan perhatian pada analisis lingkungan dimana terjadi respon berupa reflek air liur
oKarena menduga-duga pikiran/kemampuan mental anjing tidak ada guna nya
oReflek Mengeluarkan Air Liur
oSTIMULUS TIDAK TERKONDISI (unconditioned stimulus) yaitu sebuah kejadian atau satu hal yang menghasilkan sebuah respon secara otomatis atau reflek alami à berupa makanan
oRESPON TIDAK TERKONDISI (unconditioned response) yaitu respon yang dihasilkan secara otomatis à air liur
oTerjadinya Proses Pembelajaran
oKetika sebuah stimulus netral (stimulus yang tidak atau belum menghasilkan sebuah respon tertentu) dipasangkan secara teratur dengan sebuah stimulus tidak terkondisi selama beberapa kali
oStimulus netral kemudian akan berubah menjadi stimulus yang terkondisi (conditioned stimulus) yang menghasilkan sebuah proses pembelajran atau respon terkondisi (conditioned response) yang biasanya serupa dengan respon alamiah yang tidak perlu dipelajari
oProsedur ini, dimana sebuah stimulus netral menjadi sebuah stimulus yang terkondisi disebut sebagai kondisioning klasik/classical conditioning/kondisioning pavlov
oPrinsip Kondisioning Klasik
oKondisioning klasik terjadi pada setiap spesies mahluk hidup, dari cacing hingga homo sapiens (manusia)
oPrinsip yang terdapat pada kondisioning klasik meliputi : acquisition (akuisisi), extinction, kondisioning tingkat tinggi, generalisasi, diskriminasi
oPemerolehan (acquisition/akuisisi)
oMembuat pasangan stimulus netral dengan  stimulus tidak terkondisi secara berulang-ulang hingga muncul respon terkondisi
oDisebut acquisition training = latihan untuk memperoleh sesuatu
 
oExtinction
oRespon yang terkondisi tidak selalu bertahan selamanya. Bila setelah kondisioning terbentuk, stimulus terkondisi terus menerus disajikan tanpa stimulus tidak terkondisi, respon yang terkondisi akan menghilang dan terjadilah Extinction
oExtinction yaitu Melemahnya dan pada akhirnya menghilangnya respon yang telah dipelajari. Hal ini terjadi ketika stimulus terkondisi tidak lagi dipasangkan dengan stimulus tidak terkondisi
oSpontaneous recovery à tampil kembalinya respon-respon yang telah dipelajari setelah tampak hilang atau mengalami extinction.
oGambar Aquisition & Extinction
oKondisioning Tingkat Tinggi
oMerupakan sebuah prosedur dimana stimulus netral menjadi stimulus terkondisi melalui asosiasi dengan stimulus terkondisi yang telah lebih dahulu terbentuk
oGeneralisasi Stimulus
oSetelah sebuah stimulus berubah menjadi stimulus terkondisi untuk respon-respon tertentu maka stimulus-stimulus lain yang serupa dapat menghasilkan reaksi yang sama
oTerjadi ketika stimulus yang menyerupai stimulus terkondisi menghasilkan respon terkondisi. Contoh : generalisasi pada piring tempat daging, dimana anjing ketika melihat semua piring, apa pun warna dan bentuknya akan mengeluarkan air liur
oDiskriminasi
oKecenderungan untuk berespon dengan cara yang berbeda pada dua atau lebih stimulus yang serupa
oTerjadi ketika stimulus yang serupa dengan stimulus terkondisi gagal memicu respon terkondisi
oContoh : diskriminasi pada piring tempat daging, dimana anjing hanya mengeluarkan air liur ketika melihat piring yang berwarna merah tempat daging
oAgar Terjadi Kondisioning yang efektif
oStimulus yang akan terkondisi sebaiknya mendahului stimulus yang tidak terkondisi, bukan ditampilkan setelahnya atau pada saat yang bersamaan
oWaktu jeda antara pemberian stimulus terkondisi dengan pemberian stimulus tidak terkondisi tidak boleh terlalu lama (sebaiknya dalam hitungan detik saja)
oKondisioning Klasik
dalam Kehidupan Nyata
oPsikolog yang mengaplikasikan
     teori Pavlov adalah
     John B. Watson à aliran behaviorisme
oKondisioning klasik ini mempengaruhi diri kita sehari-hari dengan berbagai cara, diantaranya untuk belajar menyukai,belajar untuk takut, belajar untuk tidak takut dll
oBelajar Menyukai
oContoh à membangkitkan rasa nasionalisme
oBanyak digunakan untuk iklan à iklan barang dengan disertai musik yang menarik/bagus à misalnya iklan M 150 dengan iringan musik Hero
oBelajar untuk Takut
oKasus Little Albert à belajar takut pada tikus (putih)
oAkhirnya ketakutan menjadi tergeneralisasi menjadi takut pada benda berbulu (putih) à kelinci putih, sinterklas, rambut ‘Watson’
oKontrakondisioning
oKasus Peter à takut kelinci berubah menjadi tidak takut kelinci dengan ‘bantuan makanan+minuman’
oKontrakondisioning à proses memasangkan stimulus terkondisi dengan stimulus yang menghasilkan respon yang tidak cocok atau sesuai dengan respon terkondisi yang tidak diharapkan
oMenjelaskan Rasa
oKESIMPULAN
oPerilaku merupakan perubahan yang ditandai dengan adanya hubungan antara Stimulus – Respon
oPerilaku itu bisa diperoleh melalui belajar
   TEORI
KONDISIONING
OPERANT

oLATAR BELAKANG
Penelitian mengenai rasa marah pada akhir abad ke-19 (1899) oleh G. Stanley Hall.
Salah satu responden menceritakan bahwa ada seorang anak perempuan yang marah dan menangis tanpa kontrol ketika ia dihukum dengan cara di tinggal di rumah (tidak di ajak jalan-jalan). Di tengah-tengah anak menangis, ia bertanya kepada pengasuhnya apakah ayahnya ada di rumah? Ketika dijwab bahwa ternyata ayah nya tidak ada di rumah, anak tersebut kemudian melanjutkan tangisannya
“Anak” dalam penelitian ini beranggapan bahwa tangisan akan memberikan perhatian dan kemungkinan di ajak pergi oleh orangtua nya, sehingga menangis akan semakin di ulang agar di ajak jalan-jalan
oLanjut…
oDari contoh perilaku di atas à perilaku akan semakin sering atau semakin jarang terjadi tergantung pada konsekuensi (akibat) yang mengikutinya
oKeadaan di atas merupakan prinsip inti dari kondisioning operant
oPENGERTIAN
Kondisioning Operant adalah proses dimana sebuah respon semakin mungkin terjadi atau semakin jarang terjadi, tergantung pada konsekuensinya
oTOKOH
oEdward L. Thorndike (1874 - 1949), Psikolog Amerika
oBurhuss Frederic Skinner (1904-1990)
oThorndike
oTeori nya didasarkan pada Eksperimen tahun 1890-an, dengan menggunakan hewan yaitu Kucing
oPERALATAN PENELITIAN
oSubjek : Kucing
oAlat : Puzzle Box
  Yaitu sangkar berbentuk kotak berjeruji yang dilengkapi dengan peralatan seperti pengungkit, gerendel pintu, dan tali yang menghubungkan pengungkit dengan gerendel
oKotak makanan di depan Puzzle Box
oJALANNYA PENELITIAN
oKucing (dalam kondisi lapar) diletakkan dalam puzzle box
oKucing berusaha untuk mendapatkan makanan yang ada dalam kotak makanan di depan puzzle box
oMula-mula kucing akan mengeong, mencakar, melompat, berlari-larian namun gagal untuk membuka pintu untuk memperoleh makanan yang ada di depannya
oAkhirnya, secara kebetulan, kucing berhasil menekan pengungkit dan terbukalah pintu puzzle box
oPerilaku yang terjadi secara kebetulan ini disebut trial and error
oPenelitian dilakukan berulang-ulang sehingga akhirnya kucing semakin cepat menekan pengungkit dan segera dapat mencapai makanan
oHASIL PENELITIAN
1.Law of Readiness (kesiapan bertindak)
  *  Jika ada kesempatan bertindak :
  - organisme melakukan à puas, shg ia tidak     akan melakukan tindakan lain
      - organisme tidak melakukan à tidak puas,      ia akan melakukan tindakan lain untuk      mengurangi ketidakpuasannya
    

2. Law of Exercise (prinsip latihan)
  “Prinsip latihan” à makin sering perilaku   diulangi, semakin perilaku dikuasai

3. Law of Effect
  *   Suatu perilaku yang disertai akibat   menyenangkan cenderung   dipertahankan dan akan diulangi lagi.
  *   Sebaliknya suatu perilaku yang diikuti   akibat tidak menyenangkan cenderung   akan dihentikan dan tidak akan diulangi   lagi.
o
oKESIMPULAN
1.Untuk menjelaskan perilaku, kita harus melihat hal di luar individu, bukan apa yang terjadi di dalam diri individu
2.Perilaku diatur oleh konsekuensi yang mengikutinya
oSKINNER
oLahir tanggal 20 Mei 1904 di Pennsylvania, Amerika Serikat
oMeraih Sarjana Muda di Hamilton College, New York dalam bidang Sastra Inggris
oPada tahun 1928 kuliah Psikologi di Universitas Harvard dengan mengkhususkan diri pada bidang tingkah laku hewan
oMeraih gelar doktor tahun 1931
oKaryanya yang terkenal ‘About Behaviorism’ 1974
oPenelitian dengan menggunakan hewan à Tikus
oPERALATAN PENELITIAN
1. Subjek : Tikus
2. Alat  : Kotak Skinner
  * Kotak Skinner terdiri dari tombol, batang   jeruji dan pengungkit
  * Jeruji/tombol dihubungkan dengan   tempat/wadah makanan
oGAMBAR KOTAK SKINNER
oJALANNYA PENELITIAN
oTikus dibiarkan sendiri dalam kotak.
oMula-mula tikus mengeksplorasi peti sangkar dengan cara lari ke sana kemari , mencium benda-benda yang ada di sekitarnya, mencakar dinding (=emitted behavior)
  Emitted behavior à tingkah laku yang terpancar dari organisme tanpa mempedulikan stimulus tertentu
o Suatu ketika tikus secara kebetulan menekan tombol ternyata keluar makanan sehingga tikus akan menekan lagi untuk mendapatkan makanan
oLanjut…
Penekanan pengungkit    Makanan
(tingkah laku operan)  (reinforcemen)
oTingkah laku operan akan meningkat bila diiringi pemberian reinforcement
oReinforcemen ditunjukkan setelah tingkah laku terjadi
o
oJENIS PENGUAT
1.Reinforcement
  menghadirkan sebuah situasi yang menyenangkan untuk meningkatkan tingkah laku
  tingkah laku  reinforcement    perilaku   dikuatkankan
 
  tingkah laku
  akan diulang 
 
 
oContoh Reinforcement
oLanjut…
2. Punishment
  menghadirkan sebuah situasi yang tidak menyenangkan atau situasi yang ingin dihindari untuk menurunkan tingkah laku
  tingkah laku  punishment    perilaku   dilemahkan
 
  frekuensi   perilaku menurun
 
oContoh punishment
oHASIL PENELITIAN
1. Reinforcement
  Pemberian reinforcement yang menyenangkan akan memperkuat perilaku sedangkan pemberian konsekuensi yang tidak menyenangkan akan melemahkan perilaku
  Misalnya :
  * Pemberian makanan ketika sedang lapar à akan   memperkuat perilaku
  * Pemberian makanan ketika sedang marah dan dalam   kondisi kenyang à akan melemahkan perilaku
 

2. Ke-segera-an
  Konsekuensi yang segera mengikuti perilaku lebih mempengaruhi perilaku daripada konsekuensi yang datangnya terlambat
  Misal : dalam kondisi sangat kehausan, ingin minum à segera dikasih minuman, akan memperkuat perilaku
oKESIMPULAN
Untuk memahami perilaku, kita sebaiknya memusatkan perhatian pada penyebab eksternal dari perilaku dan konsekuensi yang mengikuti perilaku tersebut
oReinforcement Positif
Adalah prosedur memperkuat perilaku dimana respon diikuti oleh penyajian atau peningkatan intensitas stimulus yang memperkuat perilaku, sebagai hasilnya respon ini semakin kuat dan semakin mungkin terjadi
oReinforcement Negatif
Adalah prosedur memperkuat perilaku dimana respon diikuti oleh penghilangan, penundaan atau pengurangan intensitas sebuah stimulus yang tidak menyenangkan dan sebagai hasilnya respon ini menjadi semakin kuat dansemakin mungkin terjadi

oPRINSIP KONDISIONING OPERAN
1.Extinction yaitu melemah dan kemudian menghilangnya respon yang telah dipelajari. Dalam kondisioning operan terjadi ketika respon tidak lagi diikuti oleh reinforcement
2.Spontaneous recovery
3.Generalisasi stimulus
4.Diskriminasi stimulus


oPEMBELAJARAN BERDASARKAN JADWAL
1.Continuous reinforcement à jadwal pemberian penguat dimana respon tertentu selalu diberi reinforcement
2.Partial reinforcement à jadwal dimana respon tertentu terkadang tapi tidak selalu diberi reinforcement
oKetika sebuah respon baru pertama kali muncul, pembelajaran biasanya akan berlangsung paling cepat bila setiap respon yang diharapkan ‘diperkuat’ setiap kali muncul à continuous reinforcement
oAkan tetapi jika respon telah muncul, maka penggunaan partial reinforcement akan lebih ‘tahan’ terhadap extinction
oHal tersebut terjadi secara tidak sengaja ketika Skinner dalam percobaannya mulai kehabisan makanan untuk tikus nya sehingga terpaksa mengurangi frekuensi pemeberian makanan pada tikus percobaannya
oJadi sebenarnya “pengurangan’ frekuensi pemberian makanan tikus pada awalnya tidak disengaja
oSHAPING (pembentukan)
1.Shaping yaitu prosedur kondisioning operan dimana setiap respon yang semakin mendekati respon yang dikehendaki diberikan reinforcement
2.Successive Approximation yaitu perilaku yang disusun dari kedekatan yang meningkat ke perilaku yang diharapkan

Agar perilaku dapat diperkuat, maka harus muncul perilaku dulu
Akan tetapi terkadang ada perilaku yang tidak dapat muncul secara spontan, sehingga perlu dibentuk (shaping) terlebih dahulu, misalnya melatih hamster main kelereng (menggulingkan kelereng)
Untuk perilaku yang di shaping, dapat dilakukan dengan cara memberikan reinforcement setiap muncul kecenderungan respon yang diharapkan, kemudian secara bertahap memnacing munculnya respon yang diharapkan
Respon-respon yang diperkuat hingga terbentuknya respon terakhir disebut successive approximation
Sebagai contoh pada hamster, ketika ia mendekati kelereng diberi reinforcement, ketika kakinya menyentuh kelerang diberi reinforcement, demikian seterusnya sampai dengan hamster berhasil menggulingkan kelereng

oKONDISIONING OPERAN DALAM KEHIDUPAN NYATA
oPenggunaan  teknik-teknik dalam kondisioning operan untuk kehidupan nyata à modifikasi perilaku (analisis perilaku terapan)
oModifikasi perilaku à penerapan teknik kondisioning operan untuk mengajarkan respon baru atau untuk mengurangi atau menghilanhgkan perilaku maladaptif atau yang tidak diinginkan
oTerbukti telah berhasil antara lain untuk toilet training, terapi penderita gangguan jiwa/mental, terapi autisme
oDigunakan untuk melatih hewan (monyet dll) yang dapat digunakan untuk membantu kehidupan manusia
  à anjing pelacak narkoba
oReferensi
oAtkinson, Rita.L., dkk., Pengantar Psikologi   (terjemahan) edisi kedelapan, Penerbit   Erlangga, Jakarta, 2002.
oBaharuddin dan Wahyuni, Nur., Teori Belajar   &   Pembelajaran, Kelompok Penerbit Ar-  ruzz   Media, Yogyakarta, 2008.
oMulyati, Psikologi Belajar, Penerbit Andi   Yogyakarta, 2005.
oWade, Carole dan Tavris, Carol., Psikologi,   edisi   ke-9 (terjemahan), Penerbit Erlangga,   Jakarta,   2007.
materi ini adalah materi kuliah dasar dasar perubahan tingkah laku oleh dosen kami yang tercinta 
Anayanti Rahmawati, M.A., Psi
teori belajar  sosial
 
•tokoh
•Albert Bandura
•Psikolog di Universitas Stanford Amerika Serikat
•Konsep teori
•Setiap anak lahir tanpa warisan kecerdasan, bakat, perasaan dsb. Semua kecakapan, kecerdasan, perasaan dsb. tersebut baru timbul setelah manusia melakukan kontak dengan lingkungan
•Artinya bahwa individu dapat “maju” tergantung pada bagaimana ia di didik
•Formulasi perilaku
B = f (E,O)
•B = behavior/perilaku
•f = fungsi
•E = environment (lingkungan)
•O = organisme (orang)
•Perilaku merupakan fungsi/bergantung kepada interaksi E dan O
•Cara belajar
Perilaku yang dipelajari manusia terjadi melalui :
1.Imitasi
2.Modeling
3.Conditioning
•imitasi
•Individu melakukan imitasi (peniruan) suatu perilaku setelah melihat/ mereaksi/ merespon suatu stimulus
•Dalam melakukan imitasi, individu hanya meniru saja, tidak memahami konsep perilaku yang ditirunya
•Jadi,kalau di tanya mengapa melakukan imitasi, individu pasti menjawab ‘hanya meniru saja’ tidak ada alasan mengapa ia melakukan hal tersebut
•contoh
•Seorang anak kecil, umur 1,5 tahun, mengambil sebuah buku, kemudian bergaya dengan membaca keras-keras
  Faktanya :
  à anak belum bisa membaca, namun ia sering melihat orang dewasa memegang buku
sambil  berbicara sendiri dengan suara keras
  à pada saat memegang buku, buku nya terbalik tapi anak tidak peduli karena ia tidak paham
  à anak belum bisa membaca, bahkan bicara saja mungkin belum lancar
•modeling
•Merupakan penyajian contoh perilaku
•Contoh : dari hasil pengamatan terhadap orangtua nya yang selalu pergi ke masjid ketika mendengar suara adzan, anak jadi ikut-ikutan pergi ke masjid setiap mendengar adzan (meskipun tidak ikut sholat, hanya bermain-main saja di masjid)
•conditioning
•Conditioning yaitu pembiasaan
•Perilaku dapat dibentuk dengan pemberian reward (hadiah) dan punishment (hukuman)
•Dasar pemikirannya adalah sekali seorang individu mempelajari perbedaan antara perilaku yang menghasilkan reward dengan perilaku yang mengakibatkan punishment, individu tsb. akan berpikir dulu sebelum memutuskan perilaku yang akan dilakukan
•contoh
•Mengetahui kalau membolos akan diberi hukuman mengepel ruang kelas à pikir-pikir dulu sebelum membolos
•Mengetahui kalau mendapat nilai 9 akan di belikan baju à belajar dengan rajin
•internalisasi
•Berkaitan dengan reward & punishment, penting adanya proses internalisasi (penghayatan)
•Internalisasi yaitu proses pemasukan nilai-nilai yang diharapkan terjadi pada diri individu sehingga akhirnya nilai-nilai tersebut menjadi suatu kesadaran
•Internalisasi terhadap standar moral à penting untuk membentuk perilaku yang baik
•Kemampuan imitasi & modeling
Kualitas kemampuan melakukan Imitasi & Modeling dipengaruhi oleh :
1. Ketajaman persepsi
  à setiap individu berbeda karena perbedaan ‘selera’
2. Siapa yang menjadi model
  à model yang dikagumi/disegani
 
•kritikan
•Belajar dipandang hanya sebatas kegiatan behavior (perilaku nyata yang tampak) saja.Padahal dalam kenyataannya, belajar melibatkan proses mental (aktivitas otak) yang tidak dapat diamati.
•Sehingga atas kritikan ini melahirkan konsep Teori Kognitif
•Daftar pustaka
•Syah, Muhibbin., Psikologi Belajar,   PT   Rajagrafindo Persada,   Jakarta,   2003.
teori belajar sosial kognitif
pTeori belajar kognitif
pPENDAHULUAN
Penelitian Tolman & Honzik (1930)
Dalam sebuah eksperimen, terdapat 3 kelompok tikus yang ditempatkan dalam 3 kotak labirin yang berbeda.
Kelompok 1 à di ujung labirin diberi reinforcement, sehingga dengan cepat tikus belajar untuk mencapai ujung labirin dan mendapatkan reinforcement (makanan)
Kelompok 2 & 3 à di ujung labirin tidak diberi reinforcement
Setelah 10 hari,
Kelompok 1 à tikus dengan cepat sampai ujung labirin ketika diberi reinforcement
Kelompok 2 à berjalan acak
Kelompok 3 à ketika diberi makanan pada ujung labirin, tikus belajar dengan cepat menuju ujung labirin, sama baiknya dengan kelompok 1
  à menunjukkan telah terjadi   pembelajaran laten
pPembelajaran laten yaitu pembelajaran yang tidak langsung tampil dalam kinerja seseorang à tidak kelihatan
pSebagian besar proses belajar pada manusia juga merupakan sesuatu yang laten hingga suatu saat pada keadaan yang tepat hasil belajar ini perlu diekspresikan
pContoh…
pSeorang supir berhasil menemukan jalan menuju Jalan Slamet Riyadi melalui rute baru yang tidak pernah dia lalui sebelumnya
pSeorang anak kecil melihat orangtuanya mengencangkan sekrup pada meja tetapi tidak pernah melakukannya selama beberapa tahun, tetapi kemudian dia dapat melakukan hal ini bahkan ketika dia belum pernah melakukannya sama sekali
pPembelajaran laten tidak hanya terjadi tanpa adanya reinforcement yang jelas, tetepi pembelajaran laten ini juga memunculkan pertanyaan mengenai apa tepatnya yang dipelajari selama pembelajaran
pTikus à mereka telah mempelajari seluruh labirin, tetapi tidak punya alasan untuk menunjukkan hasil pembelajaran, sampai saat ada makanan diberikan di ujung labirin
pSopir dapat menemukan rute baru à karena dia tahu seluk beluk jalan di kota itu
p
pYang diperoleh dari Pembelajaran laten ini bukan sesuatu respon yang spesifik tapi pengetahuan mengenai respon dan juga konsekuensi nya.
pKita belajar bagaimana dunia di organisasikan, jalan mana yang membawa kita ke tempat tertentu
pPengetahuan ini memungkinkan kita untuk menjadi kreatif dan fleksibel dalam mencapai tujuan kita
pTEORI BELAJAR SOSIAL KOGNITIF
Periode tahun ’40an
pTeori pembelajaran sosial
pPembelajaran diperoleh dari menobservasi perilaku orang lain (dalam konteks sosial)
Periode tahun ’60an dan ’70an
pAdanya ‘tambahan’ pendapat bahwa ada kemampuan kognitif manusia yang ikut berpengaruh terhadap proses pembelajaran
pBahwa manusia berbeda dengan tikus maupun kucing à manusia memiliki sikap, kepercayaan, dan harapan yang mempengaruhi cara mereka memperoleh informasi, membuat keputusan, melakukan penalaran dan menjawab masalah à “proses mental”
pProses mental mempengaruhi apa yang akan dilakukan individu
pDua orang saudara sekandung yang hidup dan menjalani peristiwa yang sama akan menarik pembelajaran yang berbeda dari satu peristiwa
pContoh…
dua orang anak yang dimarahi oleh ayahnya, akan merasakan “hal” yang berbeda satu sama lain.
Anak I kemungkinan merasa dirinya dihukum oleh ayahnya
Anak II kemungkinan merasa ayahnya ‘memberi perhatian’
pKarena berfokus pada proses mental, maka disebut sebagai teori sosial kognitif
pTeori sosial kognitif yaitu teori yang menekankan bagaimana perilaku dipelajari dan dipertahankan melalui observasi dan imitasi perilaku orang lain, konsekuensi positif serta proses kognitif seperti rencana, harapan dan keyakinan
pPembelajaran Observasional
pAdalah proses dimana individu mempelajari respon-respon baru dengan mengobservasi perilaku orang lain (seorang model) daripada melalui pengalaman langsung, terkadang disebut juga vicarous kondisioning
pContoh…
p“kegiatan” kucing mencari makanan di tong sampah pada malam hari à di lihat oleh ‘temannya’
p‘temannya’ à mengobservasi bagaimana cara membuka tong sampah
p‘temannya’ à belajar dengan melihat apa yang dilakukan kucing dan apa yang terjadi setelahnya karena melakukan hal tersebut
pContoh…
pAnak menobservasi reaksi rasa takut pada orangtuanya ketika ada anjing yang mendekat
pOrang menjadi takut pergi ke kamar mandi pada malam hari sendirian setelah nonton film pocong
pOrang jadi takut berenang di pantai setelah melihat film ikan hiu
pPara ahli sosial kognitif percaya bahwa pada manusia, pembelajaran melalui observasi ini tidak dapat terjadi tanpa mengikutsertakan proses berpikir
pAdanya pengetahuan yang dihasilkan ketika seseorang melihat model (orang lain) melakukan sesuatu dalam cara tertentu dan mendapatkan konsekuensi dari perilaku tersebut
pPembelajaran observasional terjadi setiap hari dalam kehidupan nyata
pMisalnya bagaimana menghindari agar tidak tertabrak mobil, apakah berlari ke tengah, ke samping, atau mundur?
pMisalnya ketika belajar berenang, apakh minum air, mengapung, diam saja atau menggerak-gerakan kaki?
pPenelitian Bandura
Ada 2 kelompok anak,
Kelompok I à nonton film
Kelompok II à tidak nonton film
Film à Nama tokoh, joni dan roki, yang sedang bermain bersama. Joni menolak membagi mainannya dengan roki, kemudian roki memukulnya
Adegan berakhir ketika roki berhasil menguasai mainan dan joni hanya mampu terduduk lemas di sudut ruangan
pSetelah melihat film, anak di biarkan bermain dalam ruangan selama 20 menit, ternyata perilaku roki kemudian ditiru oleh anak yang telah nonton film tersebut
pAnak yang nonton film lebih agresif dibanding dengan anak yang tidak nonton film
pBahkan ada anak yang minta karung!
pFilm The Simpsons
pFilm, bisa pula memberi dampak positif
pContohnya ketika Lisa, seorang tokoh dalam film The Simpsons memainkan saksopon, maka yang terjadi kemudian di Amerika anak perempuan menjadi “demam saksopon”
pPerilaku Agresif
pBagaimana dengan perilaku agresif?
pApakah frekuensinya akan meningkat jika seseorang melihat film, atau bermain permainan yang mengandung kekerasan?
pPenelitian mengenai kekerasan yang termuat dalam televisi, film, video dan musik menunjukkan bukti yang jelas bahwa kekerasan pada media meningkatkan kecenderungan perilaku agresif dan keras baik dalam jangka pendek maupun jangka panjang
pAkan tetapi beberapa psikolog dan kritikus sosial percaya hubungannya tidak sekuat yang diduga sehingga tidak perlu dikhawatirkan
pKekerasan dalam media tidak menyebabkan seluruh atau sebagian besar penonton menjadi agresif, karena selain kekerasan tersebut dalam kenyataannya masih banyak peristiwa yang terjadi dan disaksikan oleh orang-orang
pRemaja dan anak-anak masih dapat mengobservasi perilaku baik dari orangtua dan sekitarnya
pBanyak juga yang hanya menganggap permainan ‘kekerasan’ tersebut hanya sekedar kesenangan sesaat di rumah sebelum mengerjakan pekerjaan rumah
pNamun apakah benar melihat adegan kekerasan tersebut sama sekali tidak ada efeknya?
pBagaimana dengan ‘efek kumulatif’, dampak akibat bila melihat adegan kekerasan setiap hari?
pApakah tidak akan ada “rekaman” dalam otak kita?
pMisalnya kasus mutilasi, kenapa akhir-akhir ini semakin banyak jumlahnya?
pKenapa banyak kasus pencabulan dan perkosaan pasca beredarnya video mesum artis idola?
pReferensi
pWade, Carole dan Tavris, Carol., Psikologi,   edisi ke-9 (terjemahan), Penerbit Erlangga,   Jakarta, 2007.

 

Entri Populer