my blog

facebook

Jumat, 08 Juni 2012

“Terapi Terpusat Pada Pribadi ( Carl Rogers )”


Latar Belakang Penulis

            Carl rogers ( 1902-1987 ) sebagai juru bicara utama psikologi humanistik. Dalam tulisannya ( 1961 ) mengingat kembali iklim keluarganya memiliki cirri adanya hubungan yang dekat dan hangat tetapi juga di dalam batas standar ajaran agama, bermain-main bukanlah hal yang di restui, dan nilai-nilai etika protestan sangat di agung-agungkan. Masa kanak-kanaknya bukanlah hal yang yang mengasyikkan melainkan kesepian, ia pun mengasyikkan diri dengan interes belajar dan bukan interes sosial.
            Pada masa ia masih kuliah, mata kuliah mayor yang menjadi minatnya berganti-ganti dari pertanian, ke sejarah, kemudian ke ilmu agama, dan akhirnya ke psikologis klinis.
            Dari tahun 1928-1939 Rogers memimpin pusat bimbingan anak-anak di Rochester New York. Dia menduduki beberapa jabatan akademik dari 1939-1963. Pada tahun 1964 ia bergabung dengan staf di institute ilmu behavioral barat di la joila calivornia. Di mana ia bekerja bersama kelompok orang-orang yang ingin memperbaiki kemampuan mereka dalam hal berhubungan antar manusia. Yang menarik dalam teorinya adalah perlunya mendengarkan dan menerima tanpa pertimbangan jika klien bisa berubah.
            Rogers menikmati pengakuan dari seluruh dunia sebagai pencetus dan pengembang gerakan humanistikdalam psikoterapi, perintis dalam penelitian, dan pemberi pengaruh pada semua bidang yang ada hubungannya dengan psikologi. Selama 15 tahun terakhir dari hidupnya dia menerapkan pendekatan terpusat pada pribadi di bidang politik dengan jalan melatih pembuat keputusan, pemimpin dan kelompok-kelompok yang sedang konflik.
            Pada tahun 1987, sehabis jatuh yang menyebabkan pinggangnya retak, ia masih sanggup menjalani operasi. Namun, malam berikutnya setelah operasi jantungnya melemah dan akhirnya ia meninggal.

KONSEP KUNCI
Pandangan tentang sifat dasar manusia
            Pengalaman propesional Rogers (1987) mengajarkan bahwa apabila dia bisa menjangkau inti seorang individu maka yang didapatkannya adalah pusat yang bisa dipercaya dan positif.
            Ada tiga atribut bagi seorang terapis yang akan bisa menciptakan iklim yang mendorong  pertumbuhan yang dengannya seorang individu bisa bergerak maju dan menjadi seseorang seperti kualitas yang dia miliki. Atribut-atribut itu adalah (1) kongruens (keaslian atau kenyataan), (2) sikap yang positif dan tidak bersyarat (mau menerima dan peduli) dan (3) pengertian empati yang tepat (kemampuan untuk secara benar-benar menangkap dunia subyektif  orang lain).
            Menurut Rogers, apabila sikap-sikap ini dikomunikasikan oleh si penolong maka si tertolong berkurang sikap defensifnya dan lebih terbuka terhadap diri sendiri dan dunia mereka, dan mereka pun akan berlaku dengan cara yang konstruktif dan social.
            Jadi, sasaran konseling adalah membebaskan klien dan menciptakan kondisi yang akan memungkinkan mereka untuk melakukan eksplorasi diri yang bermakna. Apabila orang bebas, dia akan bisa mencari jalannya sendiri.
            Pandangan positif tentang sifat dasar manusia ini mengandung implikasi yang signifikan bagi praktek terapi. Karena adanya kepercayaan bahwa seorang individu memiliki kapasitas yang inheren untuk menyingkir dari penerapan yang salah  ke kesehatan psikologis maka terapis meletakan pertanggung jawaban utama pada diri klien. Pendekatan terpusat pada pribadi menolak peranan terapis sebagai penguasa yang paling tahu dank lien yang pasif yang sekedar mengikuti apa yang didiktekan oleh terapis. Jadi, terapi itu berakar pada kapasitas klien untuk menyadari dan kemampuannya untuk membuat keputusan.
Karateristik dasar
            Pendekatan terpusat pada pribadi difokuskan pada pertanggung jawaban dan kappasitas klien untuk menemukan cara agar bisa menghadapi realitas. Klien, yang paling tahu tentang dirinya adalah yang harus menemukan perilaku yang lebih tepat bagi nya yang didasarkan pada kesadaran diri yang sedang tumbuh.
            Prinsip terapi terpusat pada pribadi berlaku bagi mereka yang berfungsi pada tingkat yang relative normal dan juga pada mereka yang mengalami salah penyesuaian psikologis pada tingkat yang lebih tinggi.
            Teori terpusat pada pribadi mengatakan bahwa fungsi terapis adalah untuk segera hadlir dan bisa di hubungi oleh klien dan untuk berfokus pada pengalaman disini dan sekarang.
            Terapi terpusat pada pribadi bukanlah seperangkat teknik ataupun dogma. Dengan berakar pada suatu perangkat sikap dan kepercayaan yang didemonstrasikan oleh terapis maka terapi ini dapat dikarakterisasikan sebagai cara keberadaan dan sebagai perjalanan yang sama-sama dilakukan oleh terapis dan klien dimana masing-masing saling mengungkapkan kemanusiaan masing-masing dan saling berpartisipasi dalam pengalaman pertumbuhan.
PROSES TERAPEUTIK

Sasaran terapeutik
            Sasaran terapi terpusat pada pribadi berbeda dengan pendekatan tradisionil. Pendekatan terpusat pada pribadi diarahkan ke kebebasan dan integrasi individu pada tingkat yang lebih tinggi. Fokusnya adalah pada si pribadi bukan pada problema yang dikemukakan oleh klien.
            Menurut pandangan Rogers (1977) sasaran terapi tidak hanya sekedar menyelesaikan problema. Melainkan, membantu klien dalam proses pertumbuhannya, sehingga dia akan bisa lebih baik menangani problema yang dihadapi di masa depan.
            Sasaran yang dianggap penting oleh terapi adalah bisa menciptakan suasana yang kondusif yang bisa menolonng si individu menjadi orang yang berfungsi secara penuh.
            Karakteristik yang merupakan sasaran dasar dari terapi terpusat pada pribadi di antaranya adalah (1) keterbukaan terhadap pengalaman (2) percaya pada diri sendiri (3) sumber evaluasi internal dan (4) kesediaan untuk tumbuh secara berlanjut.
            Penopang utama dari teori tepusat pada pribadi adalah pandangan bahwa klien dalam kaitannya dengan terapis yang menjadi fasilitator memiliki kapasitas untuk menentukan dan menjelaskan sasaran mereka sendiri.
Fungsi dan peranan terapis
            Peranan terapis terpusat pada pribadi mengakar pada cara mereka berada dan sikap, bukan pada tehnik yang di desain untuk membuat klien mau “ berbuat sesuatu”. Pada dasarnya terapis menggunakan dirinya sebagai instrument perubahan, manakala mereka berhadapan empat mata dengan klien, “perannya” adalah menjadi yang tidak memegang peran.
            Fungsinya adalah menciptakan iklim terapeutik yang bisa menolong klien untuk tumbuh. Terapis terpusat pada pribadi menciptakan hubungan yang bersifat menolong dimana klien bisa mengalami kebebasan yang diperlukan untuk menggali kawasan hidupnya yang sekarang ini tidak disadari keberadaannya.
            Melalui sikap terapis yang menunjukan kepedulian yang ikhlas, rasa hormat, penerimaan, dan pengertian, klien mampu mengendorkan sikap defensifnya serta persepsinya yang kaku dan bergerak ke berfungsinya pribadi pada tingkat yang lebih tinggi.
Pengalaman klien dalam terapi
            Perubahan terapeutik tergantung pada persepsi klien baik pada pengalamannya sendiri dalam kegiatan terapi dan pada sikap dasar konselor. Apabila konselor menciptakan iklim yang kondusif untuk eksplorasi diri, maka klien ada kesempatan untuk mengalami dan mengeksplorasi perasaannya secara keseluruhan.
            Salah satu alasan mengapa klien menginginkan terapi adalah rasa ketidak berdayaan yang mendasar, tidak memiliki kekuasaan dan ketidakmampuan untuk membuat keputusan atau secara efektif mengarahkan hidupnya. Mereka berharap bisa menemukan ‘jalan’ setelah mendapatkan pengajaran dari terapis. Namun, didalam kerangka terpusat pada pribadi, mereka akan segera tahu bahwa dalam kaitan itu mereka bisa bertanggung jawab sendiri dan bahwa mereka bisa belajar untuk bisa lebih merdeka dengan menggunakan hubungan itu untuk bisa lebih baik memahami diri mereka sendiri.
Hubungan antara terapis dan klien
            Berikut adalah kondisi yang diperlukan dan dianggap cukup untuk bisa menciptakan perubahan kepribadian
1.      Ada dua orang dalam kontak psikologis
2.      Orang pertama,yang kita beri nama klien, mengalami hal yang tidak konggruen
3.      Orang kedua, yang kita beri nama terapis adalah yang konggruen dan terintregasi dalam hubungan itu.
4.      Terapis menaruh perhatian positif yaitu betul-betul peduli terhadap klien.
5.      Terapis mengalami pemahaman secara empati terhadap ukuran internal dengan mana klien membentuk sikap atau keputusan dan usaha untuk mengomunikasikannya dengan klien.
6.      Yang dikomunikasikan kepada klien yang berupa pemahaman empati dan perhatian positif tanpa syarat itu diterima dalam tingkat yang minim.
            Ciri-ciri pribadi atau sikap terapis merupakan bagian sentral dari hubungan terapeutik ; (1) kongruensi atau keahlian (2) perhatian positif tidak bersyarat (3) pemahaman empati yang akurat.
            Kongruensi atau keaslian (kejujuran/ketulusan) dari ketiga cirri, menurut rogers konggruensi merupakan yang paling penting. Kongruensi mengandung arti bahwa terapis adalah riil yaitu mereka jujur, terintegrasi dan otentik selama berlangsungnya kegiatan terapi.
            Terapis yang otentik secara spontan dan terbuka mengejawantahkan perasaan dan sikapnya, baik yang positif maupun yang negative, yang mengalir dalam dirinya. Dengan mengungkapkan (dan menerima) perasaan negative apapun, mereka bisa menjadi fasilitator terjadinya komunikasi yang jujur dengan klien.
            Sikap positif yang tidak bersyarat dan mau menerima. Sikap kedua yang diperlukan terapis untuk berkomunikasi dengan klien adalah kepedulian yang mendalam dan ikhlas terhadapnya sebagai pribadi. Kepedulian itu dalah tanpa syarat dalam arti bahwa kepedulian itu tidak dikotori oleh evaluasi atau pernilaian baik atau buruk terhadap perasaan, pandangan, serta perilaku klien.
            Menurut Rogers (1977) penelitian menunjukan bahwa makin tinggi derajat kepedulian, pemberian pujian, penerimaan, dan penghargaan klien tanpa disertai pamrih makin besar peluang akan berhasilnya terapi.
            Pemahaman empati yang akurat tujuannya adalah untuk membangkitkan semangat klien untuk lebih dekat dengan dirinya sendiri, merasakan lebih mendalam dan intens dan untuk mengenali dan menguraikan ketidak kongruensian yang ada di dalam dirinya.
            Pemahaman empati berarti bahwa terapis akan merasakan apa yang dirasakan klien seolah-olah yang mereka rasakan sendiri tanpa harus terhanyut dalam perasaaan itu.
APLIKASI TEKNIK DAN PROSEDUR TERAPI
Evolusi metode terpusat pada pribadi
            Dalam kerangka terpusat pada pribadi ‘tekniknya’ adalah mendengarkan, menerima, menghormati, memahami dan berbagi. Pada perkembangan selanjutnya pendekatan itu kurang berbicara mangenai larangan dan member kebebasan lebih besar pada konselor untuk lebih aktif berpatisipasi dalam hubungan itu.
            Perubahan ini mendorong di gunakannya metode yang sangat beragam, dan bukan dengan metode tradisional seperti mendengarkan, mengenang, dan mengkomunikasikan kemauannya untuk mau mengerti. Menurut combs (1988) pendekatan berpusat pada pribadi yang ada sekarang di pahami sebagai yang terutama untuk proses menolong klien bisa menemukan makna personal yang baru dan lebih memuaskan tentang dirinya sendiri dan dunia tempat ia tinggal.
            Meskipun pendekatan berpusat pada pribadi terutama diaplikasikan pada konseling individual dan kelompok, ternyata pendekatan itu melebarkan sayapnya melampoi kawasan praktek terapeutik. Kawasan aplikasi yang penting termasuk pendidikan, kehidupan keluarga, kepemimpinan dan administrasi, perkembangan organisasi, perawatan kesehatan, aktifitas antar rasial dan antar budaya, hubungan internasional, dan pencarian pada perdamaian dunia (cain, 1986a)
Kawasan aplikasi
            Kawasan yang terlihat sebagai tempat yang terutama bisa diaplikasikannya pendekatan terpusat pada pribadi adalah kawasan intervensi pada krisis. Tidak sedikit orang yang berprofesi menolong orang lain. Peristiwa kehidupan khusus yang bisa membawa ke krisis, seperti dating nya penyakit atau kehilangan orang yang dicintai. Bahkan kalau si penolong tidak penah mendapatkan latihan profesi kesehatan mental, dia dapat berbuat banyakapabila sikap dasar yang dilukiskan dalam bab ini ada pada dirinnya.
            Manakala seseorang sedang mengalami krisis, salah satu langkah pertama adalah memberinya kesempatan untuk mengungkapkan diri secara penuh. Dalam hal ini, dengan penuh perasaan mendengarkan, mendengar, dan memaklumi merupakan hal yang esensial.
            Meskipun krisis seseorang tidak akan terbatasi dengan sekali atau dua kali kontak dengan si penolong, kontak semacam itu merintis jalan keterbukaan untuk mau menerima si penolong nantinya.
            Apabila orang yang sedang mengalami krisis tidak merasa di maklumi dan  diterima, maka situasinya akan menjadi lebih buruk, sehingga orang itu akan kehilangan harapan untuk bisa ‘kembali normal’ dan di masa mendatang tidak akan mencari bantuan. Tunjangan yang ikhlas, kepedulian, dan kehangatan yang tidak pasif dapat menempuh jarak yang jauh dalam hal membangun jembatan yang dapat memotivasi orang untuk berbuat sesuatu untuk berkarya dan menyelesaikan krisis.


Kesimpulan
            Terapi terpusat pada pribadi di dasarkan pada suatu konsep psikologi humanistic, dan falsafah sifat naluri manusia yang menegaskan adanya usaha untuk beraktualisasi diri, selanjutnya pandangan rogers tentang sifat naluri manusia adalah fenomenologis : yaitu kita membentuk diri sendiri sesuai dengan persepsi kita tentang realitas.
            Teori Rogers bertumpu pada suatu asumsi bahwa klien bisa memahami factor dalam hidup mereka yang menjadikan mereka tidak bahagia. Mereka juga memiliki kapasitas untuk mengarahkan diri mereka sendiri dan mengadakan perubahan pribadi yang konstruktif.  Perubahan bisa terjadi apabila terapis yang kongruen mampu bersama klien menciptakan suatu hubungan yang bercirikan keikhlasan, penerimaan, dan pemahaman empati.
                Menurut Rogers ( 1977 ), penelitian menunjukkan bahwa makin tinggi derajat kepedulian, pemberian pujian, penerimaan dan penghargaan klien tanpa di sertai pamprih makin besar peluang akan berhasilnya terapi.
            Pendekatan terpusat pada pribadi, menolak peranan terapis sebagai penguasa yang paling tahu dan klien yang pasif yang sekedar mengikuti apa yang di dektekan oleh terapis. Jadi terapi itu berakar pada kapasitas klien untuk menyadari dan kemampuannya untuk membuat keputusan. 
Pendekatan pada pribadi di fokuskan pada pertanggung jawaban dan kapasitas klien untuk menemukan cara agar bisa menghadapi realitas, klien yang paling tau tentang dirinya. Adalah yang harus menemukan perilaku yang lebih tepat baginya yang di dasarkan pada kesadaran diri yang sedang tumbuh.

Entri Populer