my blog

facebook

Senin, 07 Mei 2012

Ingat! Kematian Tak Pernah Sungkan dan Takut kepada Siapapun


Oleh: Badrul Tamam
Al-Hamdulillah, segala puji bagi Allah, Rabb semesta alam. Shalawat dan salam semoga terlimpah kepada baginda Rasulullah Shallallahu 'Alaihi Wasallam, keluarga dan para sahabatnya.
Allah Subhanahu wa Ta'ala berfirman,
كُلُّ نَفْسٍ ذَائِقَةُ الْمَوْتِ
"Tiap-tiap yang berjiwa akan merasakan mati." (QS. Ali Imran: 185)

Al-Imam Abu al-Fida Ibnu Katsir rahimahullah dalam tafsirnya berkata, "Allah mengabarkan kepada seluruh makhluk-Nya, tiap-tiap yang berjiwa pasti merasakan mati. Sebagaimana firman Allah Ta'ala, " Semua yang ada di bumi itu akan binasa.Dan tetap kekal Wajah Tuhanmu yang mempunyai kebesaran dan kemuliaan." (QS, al-Rahman: 26-27)
Hanya Allah Ta'ala semata yang Maha hidup, tak akan mati. Sedangkan jin, mereka akan mati. Begitu juga semua Malaikat. Tidak tertinggal mereka para pemikul 'Arsy. Hanya Dia Al-Wahid, Al-Ahad, al-Qahhar (Allah yang Maha Esa dan Perkasa) yang kekal. Allah lah yang akhir, sebagaimana Dia adalah yang awal."  
Kematian merupakan tanda dari tanda-tanda kekuasaan Allah Subhanahu wa Ta'ala. Menunjukkan akan kekuasaan-Nya dalam menetapkan semua urusan. Tak ada satu kekuatan di muka bumi ini yang mampu menghadapinya. Kematian tidak pernah sungkan kepada siapapun. Dan tak takut kepada siapapun. Pasti akan didatanginya. Direnggut nyawanya. Tak seorangpun yang bisa mengelaknya.
. . . Kematian tidak pernah sungkan kepada siapapun. Dan tak takut kepada siapapun. Pasti akan didatanginya. Direnggut nyawanya. Tak seorangpun yang bisa mengelaknya. . .
Beberapa pekan lalu tokoh-tokoh besar negeri ini tersungkur oleh kematian. Mantan Panglima Komando Pemulihan Keamanan dan Ketertiban (Pangkobkamtib) Sudomo yang meninggal di RS Pondok Indah, Jakarta Selatan pada Rabu (18/04/2012).  Sehari sesudahnya, kematian menjemput paksa mantan hakim agung Bismar Siregar, di Rumah Sakit Fatmawati, Jakarta Selatan.
Selang beberapa hari sesudahnya, tepatnya pada Sabtu (21/4/2012), Wamen ESDM Widjadjono Partowidagdo menyusul saat melakukan perjalanan mendaki Gunung Tambora, Provinsi Nusa Tenggara Barat.
Hari ini, Rabu (2/5/2012), pukul 11.41 WIB, Menkes yang baru beberapa hari mengundurkan diri, Endang Rahayu Sedyaningsih ikut mangkat. Dia meninggal dunia di RSCM, Jl Diponegoro, Jakarta Pusat setelah mengidap kanker paru-paru stadium 4.
Keempat tokoh yang telah disebutkan memiliki spesialisasi dalam bidang yang berbeda-beda. Kemiliteran, hukum, ahli perminyakan, dan kesehatan. Semua tak mampu mengalahkan kematian. Sudomo dengan bedilnya tak bisa menewaskan kematian. Bismar dengan kekuatan palunya untuk menetapkan vonis juga tak bisa memenjarakan kematian. Widjadjono juga demikian. Seahli-ahlinya dia dalam menerka jumlah minyak di perut bumi tak juga memberikan manfaat untuknya dalam menerka datangnya kematian. Terlebih Endang, walau ahli kesehatan ternyata tubuhnya digerogoti penyakit lebih dari setahun sehingga menghantarkannya kepada kematian. Lalu kita. Ahli apakah kita? Pasti kematian juga datang. Mengambil paksa sesuatu yang kita anggap paling berharga.
. . . Ahli apakah kita? Pasti kematian juga datang. Mengambil paksa sesuatu yang kita anggap paling berharga. . .
Saudaraku, setiap kita tentu pernah berhadapan dengan kematian, baik yang menimpa diri kita, kerabat kita, kawan-kawan kita, atau manusia-manusia di sekitar kita. Seseorang yang cerdas, ia sadar kematian juga akan menjemputnya. Kekayaan akan ditinggalkannya. Istri dan anak-anak pasti akan berpisah dengannya. Rumah megah, mobil mewah, dan tempat usaha yang dimiliki pasti pula akan dipisahkan darinya oleh kematian. Hendaknya hal ini menyadarkan kita semua akan fananya dunia. Akhirat pasti akan dimasuki, suka atau tidak. Maka hendaknya setiap kita menyadari hakikat ini. lalu berbekal diri untuk perjalanan sesudah mati.
Allah Ta'ala berfirman,
وَتَزَوَّدُوا فَإِنَّ خَيْرَ الزَّادِ التَّقْوَى وَاتَّقُونِ يَا أُولِي الْأَلْبَابِ
"Berbekallah, dan sesungguhnya sebaik-baik bekal adalah takwa dan bertakwalah kepada-Ku hai orang-orang yang berakal." (QS. Al-Baqarah:
Dari Anas bin Malik Radhiyallahu 'Anhu, Rasulullah Shallallahu 'Alaihi Wasallam bersabda:
يَتْبَعُ الْمَيِّتَ ثَلَاثَةٌ فَيَرْجِعُ اثْنَانِ وَيَبْقَى مَعَهُ وَاحِدٌ يَتْبَعُهُ أَهْلُهُ وَمَالُهُ وَعَمَلُهُ فَيَرْجِعُ أَهْلُهُ وَمَالُهُ وَيَبْقَى عَمَلُهُ
"Ada tiga hal yang mengikuti (menghantarkan ke kuburan) mayyit: keluarga, harta, dan amalnya. Lalu keluarga dan hartanya kembali ke rumah, sedangkan amalnya yang tetap membersamainya." (Muttafaq 'Alaih)
Ingat, hanya amal shalih yang setia menemani dalam kondisi sulit di alam kubur. Keluarga dan harta yang menghantarkan ke kuburan akan pulang. Maka jangan sampai salah dalam berbekal. Siapkan amal shalih agar menjadi sahabat baik di dalam kubur saat orang-orang yang mengantarkan sudah kembali pulang dan meninggalkannya sendirian.
Sesungguhnya amal shalih saat masih hidup itulah yang akan benar-benar memberikan manfaat kepada mayit. Maka hendaknya, saat masih sehat dan punya banyak harta ia menyedekahkan hartanya. Jika tidak, maka ia akan menyesal. Sebab harta tersebut tidak memberikan manfaat untuknya saat semua orang berlepas diri darinya. Sebaliknya, harta tersebut menjadi rebutan ahli warisnya.
Demikian pula keluarga. Kesedihan dan duka mereka tidak menambah kebaikan untuknya. Kecuali mereka yang shalih yang mau memintakan ampun dan mendoakan untuk si mayit. Oleh karenanya, para orang tua serius mendidik dan membina keluarganya dengan baik sesuai ajaran Islam.
. . . Ingat, hanya amal shalih yang setia menemani dalam kondisi sulit di alam kubur. Keluarga dan harta yang menghantarkan ke kuburan akan pulang. . .
Semoga kita menjadi manusia cerdas. Selalu ingat sebuah kepastian. Yakni kematian. Tidak bisa tidak, kita pasti menemuinya. Sehingga terus menyiapkan bekal dengan iman dan amal shalih. Janganlah gemerlapnya dunia melalaikan kita dari kepastian ini. Jangan pula setan sang penipu memperdaya kita dari kehidupan akhirat. "Sesungguhnya janji Allah adalah benar, maka janganlah sekali-kali kehidupan dunia memperdayakan kamu, dan jangan (pula) penipu (setan) memperdayakan kamu dalam (menaati) Allah." (QS. Luqman: 33)
Mewahnya kuburan tidaklah memberikan jaminan keselamatan. Tidak pula mendatangkan kebahagiaan. Jangan buang-buang harta dan menyia-nyiakannya dengan habiskan miliaran untuk sebuah kuburan. Keselamatan dan kebahagiaan di sana ditentukan oleh iman dan amal shalihnya. Wallahu Ta'ala A'lam. [PurWD/voa-islam]

Entri Populer