my blog

facebook

Kamis, 28 April 2011

TERAPI EKSISTENSIAL (rolo may)


  1. Pengantar
Dalam memandang manusia, psikologi humanistik lebih penuh harapan dan optimistik. Dimana dalam diri setiap individu terdapat potensi-potensi untuk menjadi sehat dan tumbuh secara kreatif.
Abnormalitas dilihat dari segi psikologi adalah sebagai kegagalan dalam mengembangkan potensi diri manusia dikarenakan adanya hambatan atau gangguan terhadap kecenderungan alamiah tumbuhnya individu yang sehat.

Ada beberapa terapi humanistik yang dikembangkan oleh ilmu psikologi untuk menghadapi gangguan abnormalitas, diantaranya terapi eksistensial.
Berdasarkan kamus psikologi Chaplin, Psikologi eksistensial adalah aliran psikologi dimana pokok persoalan psikologi adalah isi-isi kesadaran, yang harus diselidiki lewat metode introspeksi(mawas diri). Istilah eksistensi berasal dari akar kata ex-sistere, yang secara literal berarti bergerak atau tumbuh ke luar.
Eksistensialisme merupakan suatu aliran yang beerkembang melalui asumsi-asumsi filosifi/aliran filsafat, yang berusaha memahami kondisi manusia sebagaimana memanifestasikan dirinya di dalam situasi-situasi kongkret serta penentuan diri. Kondisi manusia yang dimaksud bukanlah hanya berupa ciri-ciri fisiknya (misalnya tubuh dan tempat tinggalnya), tetapi juga seluruh momen yang hadir pada saat itu (misalnya perasaan senangnya, kecemasannya, dan lainnya).
Manusia eksistensial lebih dari sekedar manusia alam (suatu organisme/alam, objek) seperti pandangan behaviorisme, akan tetapi manusia sebagai “subjek” serta manusia dipandang sebagai satu kesatuan yang menyeluruh, yakni sebagai kesatuan individu dan dunianya. Manusia (individu) tidak mempunyai eksistensi yang dipisahkan dari dunianya dan dunia tidak mungkin ada tanpa ada individu yang memaknakannya. Individu dan dunia saling menciptakan atau mengkonstitusikan (co-constitute). Dikatakan saling menciptakan (co-constitutionality), karena manusia dengan dunianya memang tidak bisa dipisahkan satu dari yang lainnya. Tidak ada dunia tanpa ada individu, dan tidak ada individu tanpa ada dunia. Individu selalu kontekstual, oleh sebab itu tidak mungkin bisa memahami manusia tanpa memahami dunia tempat eksistensi manusia, melalui dunianyalah maka makna eksistensi tampak bagi dirinya dan orang lain. Sebaliknya individu memberi makna pada dunianya, tanpa diberi makna oleh individu maka dunia tidak ada sebagai dunia (Zainal A., 2002).
Psikolog dan psikiatris eksistensial pertama antara lain Ludwig binswanger, medard boss, viktor frangkl, dsb. Juru bicara yang paling terkenal diamerika serikat adalah Rollo may. Ia memandang manusia hidup didunia dengan pengalaman-pengalaman mereka saat ini dan bertanggung jawab sepenuhnya tentang menjadi apa diri mereka nantinya.
  1. Konsep Teori
Pandangan Tentang Sifat Manusia
Psikologi eksistensial memiliki fokus pada kondisi manusia. Pendekatan ini menekankan pada manusia, utamanya pada suatu sistem teknik-teknik yang digunakan untuk mempengaruhi klien. Pendekatan ini bukanlah pendekatan berdasarkan terapi tunggal, melainkan suatu pendekatan yang mencakup terapi-terapi yang berlainan yang semuanya berlandaskan konsep-konsep dan asumsi-asumsi tentang manusia.
Adapun konsep-konsep utama dari pendekatan eksistensial adalah :
  • Kesadaran diri
Manusia memiliki kemampuan untuk menyadari segala keputusan maupun pemikiran-pemikiran yang melandasi perilakunya, beserta dengan berbagai macam alternatif yang mungkin akan dijadikan acuannya ketika menghadapi suatu permasalahan.
  • Kebebasan, tanggung jawab dan kecemasan
Manusia memiliki kebebasan terhadap segala bentuk pemikiran dan keputusan yang dibuatnya, namun tentunya itu semua juga dengan konsekuensi bahwa manusia itu harus dapat mempertanggung jawabkan segala keputusan yang dibuatnya sendiri.
Kebebasan itulah yang terkadang menimbulkan kecemasan. Kecemasan-kecemasan itu jika tidak tertangani dengan baik maka akan dapat menyebabkan kecemasan eksistensial yang menyebabkan seseorang tidak dapat mengaktualkan potensi-potensinya.
  • Penciptaan makna
Manusia itu unik, dalam arti bahwa dia berusaha untuk menemukan tujuan hidup dan menciptakan nilai-nilai yang akan memberikan makna bagi kehidupannya. Selain itu manusia memiliki kebutuhan untuk berhubungan dengan sesame dengan suatu cara yang bermakna, sebab manusia adalah makhluk rasional. Kegagalan dalam menciptakan hubungan yang bermakna bisa menimbulkan kondisi-kondisi yang tidak menguntungkan bagi individu. Manusia juga berusaha untuk mengaktualkan diri, jika tidak mampu mengaktualkan diri ia bisa manjadi “sakit” (Corey, 2003:55).
Dalil-dalil utama eksistensial, pada praktek terapi.
  1. Kapasitas kesadaran diri
Sebagai manusia, kita bisa memikirkan dan membuat pilihan karena kita memiliki kesadaran diri. Kesadaran diri adalah pembeda manusia dengan makhluk lainnya. Semakin besar kesadaran diri seseorang, maka ia semkin hidup sebgai pribadi “semakin yinggi kesadaran, semakin utuh diri seseorang”(kierkegaard). Dengan kesadaran seseorang bisa menjadi sadar atas tanggung jawabnya untuk memilih. Pada inti keberadaan manusia, kesadaran membukakan kepada kita bahwa:
  • Kita adalah makhluk yang terbatas dan tidak selamanya mampu melakukan apa yang diinginkan dalam hidup.
  • Kita dapat memutuskan untuk mengambil suatu tindakan atau tidak dalam hidup
  • Kita dapat memilih tindakan-tindakan kita, dan karena itu kita bisa menciptakan nasib kita sendiri
  • Pada dasarnya kita sendirian, namun kita memiliki kebutuhan untuk berhubungan dengan orang lain.
  • Kecemasan eksistensial adalah bagian hidup yang esensial sebab dengan meningkatnya kesadaran kita atas keharuan dalam memilih, maka kita mengalami peningkatan tanggung jawab atas konsekuensi-konsekuensi tindakan memilih.
  • Kecemasan timbul dari penerimaan ketidakpastian masa depan
  • Kita bisa merasa sendiri, tidak berarti, kosong, merasa bersalah, dan terisolasi, kesadaranlah yang mendorong kita untuk mengenal kondisi-kondisi tersebut.
  • Kita bisa memilih untuk emnigkatkan atau mengurangi kesadaran kita. Karena kesadaran diri adalah akar kesanggupan manusia lainnya.
Berikut adalah daftar dari beberapa pemunculan kesadaran yang dialami orang , baik dalam terapi individual dan terapi kelompok:
  • Mereka melihat bagaimana mereka menukarkan rasa aman yang diperoleh dari kebergantungan dengan kecemasan-kecemasan yang menyertai pilihan untuk diri mereka
  • Mereka lebih melihat idenititas diri mereka dari pemaknaan oleh orang lain dari pada mencari pemakanaan oleh diri sendiri
  • Mereka belajar bahwa diri mereka dengan berbagai cara dibiarkan menjadi tawanan pengalaman dan keputusan-keputusan masa lalu.
  • Mereka belajar bahwa mereka tidak bisa mengabaikan measa depan den masa lalu. Karena mereka bisa belaja dengan masa lalu tersebut dan mereka bisa membentuk masa depan.
  • Mereka menyadari bahwa mereka dirisaukan dengan penderitaan, ajal dn kematian sehingga mereka tidak mampu menghargai kehidupan
  • Mereka mampu menerima keterbatasan dengan tetap merasa bermanfaat/layak, karena mereka mengerti bahwa mereka tidak perlu sempurna untuk merasa layak
  • Mereka menyadari bahwa mereka merasa gagal untuk hidup saat ini karena dibayangi oleh masa lalu, rencan masa depan, atau karena mencoba mengerjakan terlalu banyak hal.
Meningkatkan kesadaran diri, meliputi berbagai alternative, motivasi, factor yang mempengaruhi individu dan tujuan individu tersebut adalah tujuan dari terapi.
  1. Kebebasan dan tangung jawab
Manusia adalah makhuk yang menentukan dirinya sendiri, bahwa ia memiliki kebebasan untuk memilih alternative-alternatif untuk hidupnnya, namun ia harus bertanggung jawab atas pilihannya tersebut.
Pandangan eksistensial adalah bahwa individu dengan pilihannya menciptakan nasibnya sendiri. Seseorang menjadi apa yang diputuskannya dan ia harus bertanggung jawab atas pilihannya itu.
Kebebasan adalah kesanggupan untuk meletakkan nasib ditangan sendiri dan untuk memilih diantara alternative-alternatif. Hal yang tidak pernah bisa direbut dari manusia adalah kebebasannya. Kita bertanggung jawab untuk kehidupan kita, untuk tindakan kita, dan untuk kegagalan atas semua tindakan kita.
Frankl selalu menghubungkan kebebasan dengan tanggung jawab. Kita tidak bebas dari kondisi-kondisi, tapi kita bebas untuk dapat berdiri melawan batasan-batasan, tentunya dengan disertai tanggung jawab. Untuk eksis, menjadi bebas dan menjadi manusia adalah sama. Kita adalah sutradara bagi kehidupan kita, dengan demikian kita menentukan nasib, keadaan atau kondisi hidup kita, dan permasalah-permasalahan kita (Russell, 1978). Ibaratnya, tanggung jawab adalah dasar untuk perubahan. Klien yang menolak untuk menerima tanggung jawab dengan terus-menerus menyalahkan yang lainnya untuk permasalahan mereka tidak akan menguntungkan proses terapi.
Terapis membantu klien dalam menemukan bagaimana mereka menghindari kebebasan dan mendorong mereka untuk belajar menanggung resiko atas penggunaan kebebasannya. Terapis mengajarkan klien bahwa mereka dapat menerima dengan tegas pilihan-pilihan mereka, dan tetap mengabdikan hidup mereka dengan menghindarkan nya.
  1. Keterpusatan dan kebutuhan untuk berhubungan dengan orang lain
Setiap orang memiliki perhatian untuk memelihara keunikan dan keterpusatan, namun di lain waktu mereka tertarik untuk keluar dari diri mereka untuk berhubngan dengan yang lain dan kembali ke sifat dasar. Kita harus memberikan diri kita sendiri untuk orang lain dan memperhatikan mereka. Jika kita gagal untuk membangun hubungan dengan orang lain akan menyebabkan kesepian, keretasingan dan sebagainya.
Permasalahannya adalah kita mencari arah, jawaban, nilai-nilai, dan keykinan-keyakinan dari orang penting didunia. Lebih parah dari itu, kita menjadi sumber atas prasangka kita dan kita menjadi asing bagi diri kita sendiri.
·         Keberanian untuk menjadi
Kita berjuang untuk membangun, untuk menciptakan, dan untuk memelihara diri kita sebenarnya. Ketakutan dari klien adalah mereka tahu bahwa mereka adalah refleksi-refleksi pengharapan orang lain atas diri mereka.
Para terapi eksistensial bisa memuali dengan meminta kepada kliennya untuk mengakui perasaannya sendiri. Sekali klien berani untuk mengakui ketakutannya, mengungkapkan dengan kata-kata dan membaginya, maka ketakutan itu tidak akan menyelubunginya. Penulis menemukan itu adalah yang terbaik untuk mulai bekerja dengan membawa klien menerima jalan hidupnya diluar dirinya sendiri dan mengeksplorasicara-cara untuk kluar dari pusatnya sendiri.
·         Pengalaman kesendirian
Menurut para eksistensial, bagian kondisi manusia adalah pengalaman kesendirian. Tapi mereka menambahkan bahwa kita mendapat kekuatan dari pengalaman melihat dari diri sendiri dan dari keterpisahan.
Sebelum kita menjalin hubungan yang solid dengan orng lain, kita haus menjalin hubungan yang solid dengan diri kita sendiri terlebih dahulu. Kita harus belajar mendengarkan diri kita sendiri. Kita memiliki kemampuan untuk berdiri sendiri sebelum kita dapat benar-benar berdiri di sebelah orang lain.
Paradok menyebutkan bahwa manusia secara eksistensial sendiri dan berhubungan, tapi hal ini melukiskan kondisi manusia. Walubegitu kita dapat memperbaikinya atau itu hanya kesalahan. Akhirnya kita sendiri.
·         Pengalaman keberhubungan
Kita adalah makkhluk relasional, berhubungan dengan orang lain. Kita ingin untuk menjadi penting bagi yang lain di dunia, dan kita merasa kehadirin orang lain sangat dibutuhkan bagi dunia kita.
Yang diharapkan, fungsi dari terapi adalah untuk membantu klien membedakan antara gangguan neurotic dengan kehidupan yang berhubungan dengan orang lain. Terapis akan menantang klien untuk menguji apakah mereka dapat menjahin hubungan baik dengan orang lain, bagaimana mereka menghindari hubungan yang intim(akrab), bagaimana mereka mencegah diri mereka dari hubungan yang sama, dan bgaiman mereka mendapatkan kekuatan serta mampu menjalani terapi, sehat dan menjalin hubungan individu dewasa.
·         Berjuang dengan identitas diri
Kesadaran kita akan kesendirian akan menjadikan ketakutan, dan beberapa klien mungkin menolak menerima kesendirian mereka dan keterisolasian mereka. Karena rasa takut kita berhadpan dengan kesendirian kita, farha (1994) bahwa diantara kita memiliki bentuk prilaku yang mempererat kita kedalam identitas diri yang telah kita dapatkan dari masa kecil. Ia menambahkn bahwa, beberapa diantara kita terjebak dalam tipe yang menghindari penglaman untuk menjadi diri kita sendiri.
  1. Pencarian makna
Karakterisik khas manusia adalah perjuangannya untuk mencari makna dan tujuan hidup yang berarti. Terapi eksistensial dapat membantu klien mencari makna daam hidup mereka.
·         Masalah penyisihan nilai-niai lama
Salah satu masalah klien adalah penyisihan nilai-nilai tradisional tanpa disertai penemuan nilai-nilai lain yang sesuai untuk menggantikannya. Tugas terapis adalah membantu klien dalam menciptakan suatu system nilai berlandaskan cara hidup yang konsisten dengan cara ada-nya klien.
Terpis harus memberikan kepercayaan kepada klien bahwa klien mampu menemukan system nilai yang bersumber pada dirinya sendiri dan yang memungkinkan hidupnya bermakna.
·         Ketidakbermaknaan
Ketika dunia yang mereka tinggali kehilangan makna bagi mereka, klien mempunyai kekuatan melanjutkan perjuangan untuk tetap hidup. Seseorang berkata, “aku merasa seperti halaman lain dalam sebuah buku setelah di putar dengan cepat dan tak ada seorangpun menghiraukan untuk membaca halaman itu”. Bagi frankl (1978), merasa kehilangan makna adalah pokok eksistensial neurosis pada kehidupan modern.
Ketidakbermaknaan dalam hidup mengarahkan pada perasaan kosong, atau kondisi yang di sebut exsistential vacuum oleh frankl. Karena tidak ada yang menentukan rencana hidup, manusia menghadapi tugas dengan menciptakan maknanya sendiri. Di lain waktu manusia merasa terjebak dengan kekosongan dalam kesendirian dari perjuangan menciptakan kehidupan dengan berbagai tujuan. Pengalaman ketidakbermaknaan dan menetapkan nilai merupakan bagian berarti dalam hidup.
Dalam konsep ketidakbermaknaan di sebut existential guilt. Ini adalah kondisi dimana kita bukan menjadi apa yang kita inginkan, keinginan tidak terealisasikan. Rasa bersalah ini tidak memperlihatkan neurotis, maupun simtom yang harus diobati. Malahan, terapi eksistensial mengedepankan itu untuk melihat apakah klien akan belajar tentang jalanya di kehidupannya.
Menciptakan makna baru
Frankl, pencarian makna dan menemukan makna adalagd cirri manusia. “keinginan kepada makna” adalah perjuangan utama manusia. Hidup tidak memiliki makna dengan sendirinya. Mnusialah yang harus menciptakan dan menemukan maknannya sendiri. Frankl juga menegaskan bahwa orang bisa menghadpi penderitaan, perasaan berdosa, putus asa, kematian, akan menantang pennderitaan dan mencapai kemenangan. Menemukn mkna dalam hidup adalah prodak perjuangan, itu adalah kesepakatan untuk menciptakan, mencintnai, mengerjakan dan membangun.
  1. Kecemasan sebagai syarat hidup
Kecemasan adalah satu karakteristik manusia. Kecemasan adalah akibat kesadaran atas tanggung jawab untuk memilih.
Terapi eksistensial membedakan antara normal dan kecemasan neurotic. Dan mereka melihat kecemasan sebagai sumber pertumbuhan. Kecemasan dapat digunakan sebagi motivasi untuk berubah. Kecemasan neurotic berbeda, itu adalah kecemasan yang keluar dari yang seharusnya. Itu adalah tipe di luar kesadaran dan itu cenderung melumpuhkan manusia. Karena kita tida bisa bertahan tanpa kecemasan, itu bukan tujuan terapi untuk menghilangkan kecemasan normal. Kesehatan psikologi memerlukan sedikit kecemasan, hidup tidak akan hidup, namun kematian akan di hadapi, tanpa kecemasan(may&yalom, 2000).
Kecemasan bisa menjadi perangsang bagi pertumbuhan. Sebenarnya, ketika kita membuat suatu keputusan, kecemasan akan menyertai, kecemasan akan menjadi tanda yang berarti kita telah siap untuk mengalami perubahan dalam hidup kita.
Menurut may, kebebasan dan kecemasan adalah dua sisi mata uang, kecemasan berhubungan dengan rangsangan yang mengiringi lahirnya gagasan baru.
Terapi eksistensial akan membantu klien untuk belajar toleransi terhadap keambiguan dan ketidakpastian dan bagaiman untuk hidup tanpa sandaran yang akan dibutuhkan dalam perjalanan hidup untuk menjadi pribadi yang otonom. Terapis dan klien akan membangun gaya hidup baru yang menghasilkan kecemasan, dan karena klien lebih puas dengan cara-cara yang baru maka kecemasan akan berkurang. Karena klien dapat lebih percaya diri, maka kecemasan sebagai dugaaan akan datangnya bencana akan berkurang.
  1. Kesadaran akan kematian dan tidak ada.
Karakteristik manusia adalah mampu untuk memahami kenyataan di masa depan dan kematian yang tidak bisa dielakkan. Kesadaran akan kematian memberika makna kepada keberadaan, karena itu menjadikan tindakan manusia itu berarti. Frankl, kematian tidak harus menjadi suatu ancaman. Selain itu, kematian memberikan motivasi bagi kita untuk hidup di kehidupan kita dan mendapatkan keuntungan dari setiap kesempatan untuk melakukan sesuatu yang berarti(gould,1993). Kesadaran akan kematian menjadi sumber semangat untuk hidup dan kreatif. Mati dan hidup saling berkaitan, dan lebih dulu kematian fisik menghancurkan kita, gagasan tentang kematian menyelamatkan kita(yalom,1980.2003)
Yalom(2003), mengusulkan kepada terapis untuk berbicara langsung dengan klien tentang realita kematian. Dia percaya ketakutan akan kematian membayangi sepanjang hidup. Menghadapi ketakutan akan menjadi factor untuk membantu kita pindah dari gaya hidup yang membosankan ke suatu yang lebih bermakna.
Focus terapi eksistensial adalah agar klien dapat melakukan apa yang dipikirkan bernilai bagi mereka. Dengan ancaman pada being, klien akan membangun kesadaran yang sehat tentang kehidupan dengan mengevaluasi bagaimana mereka menjalani hidup dan perubahan apa yang mereka buat untuk kehidupan mereka. Siapa yang takut akan kematian, juga takut akan kehidupan. Jika kita hidup dengan penuh saat sekarang, maka kita tidak akan terobsesi dengan kematian.



C.Proses Terapi
Tujuan terapi
Pada umumnya terapi eksistensial bertujuan agar klien memperluas kesadaran diri klien akan keberadaannya dan kebermaknaannya serta bagaimana ia dapat mengoptimalkan seluruh potensi-potensi yang dimilikinya. Menurut Bugental yang dikutip oleh Corey (2003: 56), berpendapat bahwa ada 3 karakteristik kebermaknaan yaitu :
a. menyadari sepenuhnya keadaan sekarang
b. memilih bagaimana hidup pada saat sekarang
c. memikul tanggung jawab untuk memilih.
May menolak gagasan bahwa psikoterapi dimaksudkan untuk mengurangi kecemasan dan meredakan rasa bersalah, sebaliknya adalah dia menegaskan kalau psikoterapi mestinya membuat manusia menjadi lebih manusiawi. Artinya, psikoterapi harus membantu mereka mengembangkan kesadaran mereka agar bisa berada pada posisi yang lebih baik untuk membuat pilihan-pilihan, Feist(2006; 313).
Para terapis eksistensi tidak memiliki perangkat teknik atau metode istimewa apapun yang dapat diterapkan kepada semua pasien. Mereka hanya mempunya diri mereka sendiri, kemanusiaan mereka, itu saja yang dapat ditawarkan. Mereka harus membangun hubungan yang memampukan pasien menjadi lebih sadar akan dirinya dan untuk hidup lebih penuh didunianya. pendekatan ini juga membangun hubungan terapis dan pasien, dimana terapis dan pasien lebih dilihat sebagai subjek, bukan objek, yang mana terapis dapat memiliki empati terhadap pengalaman pasien dan terbuka dengan dunia subjektif pasien.
Tugas terapis adalah membantu pasien sampai ketitik dimana mereka dapat memutuskan apakah masih ingin terus menganggap dirinya korban ataukah mereka memilih untuk meninggalkan pandangannya sebagai korban dan berjalan melewati api penyucian dengan harapan dapat mencapai sebuh surge (may, 1991, hlm.165)
Tentunya hal yang tak kalah pentingnya adalah pada pendekatan eksistensial ini, manusia harus dapat bertanggung jawab terhadap segala keputusan dan pemikirannya. Hal ini bukanlah sesuatu yang mudah dimana manusia harus bertanggung jawab terhadap menjadi apa dia sekarang dan menjadi apa dia selanjunya. Sebab dalam prosesnya tidak ada sesuatu pun yang dapat menjamin bahwa keputusan-keputusan yang diambilnya itu merupakan keputusan yang terbaik. Di sinilah mulai akan muncul kecemasan eksistensial.
Sehubungan dengan kecemasan eksistensial itulah, terapis bertujuan membantu klien agar mampu menghadapi kecemasan ketika mengambil tindakan mengambil keputusan untuk dirinya dan menerima kenyataan terhadap hal-hal yang terjadi di luar dirinya.
Tujuan terapi adalah untuk membantu klien kearah kenyataan dan belajar untuk mengakui ketika mereka menipu diri sendiri(deurzen-smith,1998). Eksistensial mengatakan, bahwa tidak ada jalan keluar dari kebebasan selama kita menghindar bertanggung jawab
Terapi eksistensial mencarai cara untuk klien kluar dari permasalahan dan untuk melawan hambatan yang menghalang kebebasan mereka. Kebebasan baru mereka meningkatkan kecemasan mereka. Kebebasan adalah pencarian jalan yang baru dan tidak tahu pasti kemana jalan itu akan membimbing. Ketakutan akan kebebasan harus dilawan, agar mancapai hidup yang lebih baik. Jadi terapi eksistensial bertujuan untuk membantu klien menghadapi kecemasan ini dan menerima dalam perilaku yang mendasari tujuan unttuk menjadi orang yang bermanfaat.
May(1981), berpendapat bahwa orang orang yang datang ke terapis adalah atas keinginan mereka sendiri, mereka merasa tertekan batin dan terapis dapat membantu mereka. Jadi tujuan psikoterapi adalah membantu klien agar menjadi sadar atas apa yang mereka lakukan dan mengeluarkan mereka dari masalah. Tugas terapis eksistensial adalah membantu klien untuk mendengarkan apa yang telah klien ketahui walaupun mereka(klien) tidak mengerti apa yang klien ketahui. Bugental(1990) mengidentifikasi tiga tugas pokok terapi:
·         Membantu klien mengenali bahwa mereka tidak sendiri dalam proses terapi, mereka bersama dengan terapis
·         Membantu klien untuk keluar dari kecemasannya
·         Membantu klien untuk mengidentifikasi dirinya sendiri dan dunia, agar dapat melanjutkan kehidupanya
Dari sini dapat disimpulkan, bahwa Menurut Corey (2003:327) tujuan Konseling / Terapi eksistensialisme adalah menyajikan kondisi-kondisi untuk memaksimalkan kesadaran diri dan pertumbuhan. Menghapus penghambat-penghambat aktualisasi diri. Membantu klien menemukan dan menggunakan kebebasan memilih dengan memperluas kesadaran diri . Membantu klien agar bebas bertanggung jawab atas arah kehidupannya sendiri.
Fungsi terapi dan cara
Terapi eksistensil memusatkan pada pengertian subjektif, terhadap dunia klien dan membuatnya mendapatkan pengertian yang baru. Fokusnya adalah pada kehidupan yang sekarang. Terapis membentuk hubungan yang efektif dengan klien dan membantu klien mengerti dan merasa tertantang serta menyadarkan klien akan tanggung jawabnya, terpis membuat /membenarkan pola pikir kien yang salah terhadap hidupnya.
Pada saat proses terapi, klien berbicara, menceritakan permasalahannya terapis boleh menggunakan kaca, dengan begitu klien dapat melihat bagaiman mereka menjadi diri mereka sendiri dengan cara mereka. Dan bagimana mereka mengembangkan kehidupan mereka. Suatu ketika klien akan sdar pada sebagian dari diri mereka dan mulai dapat menerima respon dan merespon masa depan.
Tahap-tahap dalam terapi
1) Terapis menunjukkan kepada klien untuk meningkatkan kesadaran diri atas alternatif-alternatif, motivasi-motivasi, dan tujuan-tujuan pribadi. Serta menunjukkan bahwa harus ada pengorbanan untuk mewujudkan hal itu.
2) Terapis membantu klien dalam menemukan cara-cara klien sama sekali menghindari penerimaan kebebasannya, dan mendorong klien belajar menanggung resiko atas keyakinannya terhadap akibat penggunaan kebebasannya.
3) Terapis membantu klien untuk membangkitkan keberaniannya mengakui ketakutannya, mengungkapkan ketakutannya, dan kemudian mengajak klien untuk tidak bergantung dengan orang lain secara neurotik.
4) Terapis membantu klien dalam menciptakan suatu sistem berlandaskan cara hidup yang konsisten dengan cara ada-nya klien.
5) Terapis membantu klien untuk menemukan makna hidupnya
6) Terapis membantu klien untuk mentoleransi segala bentuk ketakutan dan kecemasan sebagai bentuk pembelajaran yang penting dalam hidup
7) Terapis mendorong atau memotivasi kliennya untuk mewujudkan aktualisasi dirinya.
Teknik terapi dan proses
Teknik
Untuk pendekatan eksistensialisme tidak memiliki teknik-teknik khusus yang berkaitan dengan proses terapi. Hal ini dikarenakan pendekatan ini bukanlah terapi yang berasal dari teori tunggal. Melainkan terapi yang mengambil beberapa metode dari pendekatan yang lain dalam pelaksanaannya seperti Pendekatan Gestalt, Psikoanalis, Humanisme yang berupa asoasiasi bebas, transferensi, aktualisasi diri, dll.
Terapi eksistensi berusaha untuk mengesampingkan terlebih dahulu semua hipotesa, analisa dan berbagai klasifikasi. Terapi berupaya menolong klien untuk membebaskan dirinya dari ketakutan dan konflik-konflik yang menyebabkan ia tetap terbelakang dengan cara menemukan kekuatan atau kemauannya sendiri.
Proses (Baldwin,1987)
Fase awal, terapis membantu klien dalam mengidentifikasi dan mengklasifikasikan asumsi mereka tentang dunia
Fase kedua, klien di periksa sepenuhnya dan menguji sumber dan kewenangan mereka pada system nilai saat ini. Pada fase terakhir, focus pada membantu klien dalam mengambil pelajaran dari dalam diri mereka dan menjadikan sebagai suatu perwujudan.
Hubungan antara terapis dengan klien
  • Terapis eksisitensial mengutamakan hubungan dengan klien
  • Hubungan ini penting bagi terapis karena kualitan dari setiap orang diperlihatkan dlam situasi terapi yang akan mengubah stimulus menjadi positif.
  • Dengan hubungan yang efektif ini terapis dapat menggali sifat dasar klien dan karkteristik pribadi mereka.
  • Vontras dkk, menyatakan bahwa terapi eksistesnialis ini adalah perjalannan menuju ke arah dalam diri individu yang didapat dari hubungan terapis dengan klien
  • Tujua akhirnya adlah untuk menghadapi jalan hidup mereka
  • Terapis perlu mengadopsi gaya yang lebih fleksibel dan teori yang berbeda unu klien yang berbeda.
  • Bugental menyatakan bahwa empati merupakan hal yang penting dalam proses terapi
Daftar pustaka
Corey, Gerald. Teori dan praktek konseling dan psikoterapi. 2007. Refika aditama: Bandung
Corey, Gerald. Theory and practice of counseling and psychotherapy



Entri Populer